Di
Indonesia, Provinsi Sumatra Selatan menjadi salah satu habitat bagi ikan
endemik untuk dapat terus hidup. Namun sayangnya, populasi ikan endemik di
Sumatra Selatan mengalami penurunan dan bahkan terancam punah. Padahal ikan
endemik hanya bisa ditemukan di perairan tertentu saja.
Menyadari rawa banjiran sebagai ekosistem yang rentan, membuat Arif Wibowo yang kini menjabat sebagai Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang tergerak untuk menyelamatkan ikan endemik dari kepunahan. Model yang digunakan untuk penyelamatan tersebut adalah Special Area for Conservation and Fish Refugia (Speectra).
Agar kelestarian ikan endemik dapat
terjaga, di bawah komando Arif, BRPPUPP Palembang membangun taman perikanan (fisheries park) di Desa Patra Tani, Kabupaten
Muara Enim. “Model ini kita usung untuk menyelamatkan ikan ekonomis penting
seperti ikan belida (Chitala hypselonotus),
ikan gabus (Channa striata), dan ikan
toman merah (Channa moruloides),” ujar
pria kelahiran 26 Desember 1977 ini.
Speectra adalah model pengelolaan
perikanan terintegrasi yang diaplikasikan di rawa banjiran. Ini juga menjadi state of the art penelitian ikan rawa
banjiran. Speectra dikembangkan untuk menjaga keberlangsungan biodiversitas dan
peningkatan produksi ikan perairan darat. Inovasi ini memungkinkan indukan ikan
untuk tetap berada dalam Speectra, sementara anakan ikan akan secara alami
dipandu untuk keluar dari sistem melewati kanal menuju Sungai Musi.
Terdapat
dua alat tangkap lokal yang digunakan dalam Speectra, yakni injab dan pengilar.
Injab akan membuat induk ikan tetap berada dalam sistem dan hanya meloloskan
anakan ikan. Sedangkan pengilar membuat peneliti dapat menghitung jumlah biomass, komposisi, dan dinamika larva ikan
yang keluar dari sistem.
Ekosistem rawa banjiran memiliki
dinamika muka air yang sangat ekstrem. Saat musim hujan, seluruh rawa akan
tergenang dan di musim kemarau seluruh area menjadi kering. Sejak diterapkan
pada 2019 lalu, Speectra telah menjadi tempat pengungsian ikan (fish refugia) ketika musim kemarau datang.
“Hal ini memberikan ruang air bagi ikan yang terperangkap di rawa saat musim
kemarau untuk bertahan hingga musim hujan berikutnya,” jelasnya.
Ruang air tersebut juga bermanfaat
untuk mencegah kebakaran hutan saat musim kemarau. Keberadaan ruang air di
lahan gambut tersebut menjadi solusi efektif untuk meminimalisir kebakaran yang
kerap terjadi di Bumi Sriwijaya.
Dari sisi konservasi, inovasi ini
berkontribusi sebagai cadangan produksi ikan. “Speectra menjadi penyedia plasma
nutfah untuk pengembangan dan mendukung keberlanjutan performa budidaya ikan
yang telah menurun,” ungkap lulusan Universitas Gadjah Mada ini.
Speectra
telah memberi dampak langsung pada warga desa yang mayoritas berprofesi sebagai
nelayan. Tak hanya itu, Speectra juga berperan atas terbitnya Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 9/2020 tentang Wilayah Pengelolaan Negara RI. Permen
KP tersebut menjadi dasar pengelolaan perikanan darat di Indonesia.
Berkat
beragam upaya yang dilakukan untuk menjaga ekosistem rawa banjiran di Sumatra
Selatan, Arif Wibowo berhasil meraih Piala Adhigana dalam ajang Anugerah ASN
2020 kategori PNS Inspiratif. Tak hanya melakukan promosi perikanan darat di
dalam negeri, Speectra juga menjadi ajang promosi ikan rawa darat di kancah
internasional.
SEAFDEC,
sebuah organisasi internasional bidang kelautan dan perikanan di kawasan Asia
Tenggara, pernah mempublikasikan inovasi tersebut. “Speectra akan
memperlihatkan bahwa perikanan darat Indonesia kaya dan berkontribusi kepada
masyarakat,” pungkasnya. (nan/HUMAS
MENPANRB)
0 Response to "Sang Penyelamat Ikan Endemik"
Post a Comment